Jubah kami yang berwarna merah muda atau pink melambangkan cinta dari Roh Kudus, juga lambang kegembiraan/sukacita yang menandai kegembiraan para Abdi Roh Kudus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG SSpSAP YANG SERING DI TANYAKAN
Product Related Questions
“Kapela dan ruangan tamu kami dilengkapi dengan terali sebagai tanda penarikan diri kami. Kehidupan kontemplatif yang kepadanya Allah telah memanggil kami menuntut suatu pemisahan, dimana klausura menjadi tanda dan bentuknya. Penarikan diri dari dunia ini merupakan cara kehidupan kami yang khas dan yang mengungkapkan Misteri Paskah dimana kematian diarahkan menuju kehidupan. Penyangkalan diri secara sadar akan pelbagai keuntungan sosial tertentu, yang diketahui dan dihargai menurut nilainya yang benar, membebaskan kami untuk lebih mencurahkan perhatian kami pada pencarian Allah, mengikuti Dia lebih sempurna, dan turut mengambil bagian secara lebih luas dalam penderitaan dan harapan-harapan umat manusia (bdk. VS I-III, VI).
Kami melaksanakan tugas-tugas rumah seperti membersihkan rumah, mengurus taman, memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan sprei, memetik dan menggiling kopi, memelihara ternak seperti ayam, angsa, bebek dan babi, menghias kapela dengan bunga-bunga yang ditanam di taman kami, mempersiapkan perlengkapan untuk perayaan Ekaristi Kudus, melaksanakan tugas-tugas korespondensi seperti menjawab/membalas surat-surat yang meminta doa kami. Selain itu, kami juga membuat roti untuk dijual. Suster penjaga pintu selalu siap melayani para pengunjung dan semua mereka yang memberikan intensinya untuk didoakan. Suster infirmarian bertugas untuk merawat para Suster yang sakit.
Berdoa secara tetap, bahkan juga selama bekerja berarti berdoa dengan hati. Pikiran dapat saja sibuk dengan pekerjaan seperti latihan organ atau bekerja pada computer namun hati tetap bersatu dalam cinta dengan Allah Tritunggal dalam diri kami. Sepanjang hari, pada waktu kerja, kami berhenti setiap saat, ketika lonceng berbunyi, dan berdoa bersama “doa suku jam/doa seperempat jam” untuk membaharui kesadaran kami tentang cinta Tuhan kepada kami. Kami mempersembahkan kepadaNya pekerjaan kami demi pertobatan orang-orang berdosa, untuk orang miskin, untuk semua orang yang hidup, untuk semua yang sudah meninggal, untuk pengudusan para imam, para religious dan pengudusan hidup keluarga-keluarga. Kami melakukan tindakan iman, harap dan kasih ketika kami membaharui persatuan kami dengan Yesus, Sang Penyelamat Terkasih, serentak memohon kepada Allah untuk kepenuhan Roh Kudus demi kemuliaan namaNya.”
Segala sesuatu ada waktunya sesuai dengan jadwal harian kami. Ada waktu untuk hening dan ada waktu untuk berbicara dengan sesama Suster. Pada waktu makan bersama ada hari hari tertentu kami bicara, ada pula hari dimana kami hening untuk mendengarkan bacaan rohani atau musik dll.. Kami mempunyai waktu rekreasi dimana kami memainkan berbagai jenis permainan, atau membuat pekerjaan tangan seperti membuat Rosario, kartu-kartu, dll.. Kami juga memiliki apa yang disebut hari-hari bebas dimana kami boleh bercakap sepanjang hari khususnya waktu makan, rekreasi dan kerja.
Tiap tahun sekali kami ada perayaan “Pesta Keluarga” dimana Tiap-tiap anggota/perkelompok masing- masing membawakan acara dalam bentuknya yang beraneka ragam entah tarian/ pentasan budaya dari daerah/ negaranya masing-masing dari mana suster itu datang sungguh menggembirakan. Disini kami bisa saling memperkaya dan berbagi, belajar dan mensheringkan kekayaan budaya masing- masing. Sebagai Abdi – Abdi Roh Kudus, Allah Cinta Abadi, semua Suster harus berusaha untuk selalu hidup bersatu secara akrab satu sama lain lewat ikatan cinta persaudaraan yang benar, dan menjadi sehati sejiwa (Direk. 1935).
Kami juga merayakan secara resmi Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia.
Hari Ulang tahun dan pesta nama dari para Suster juga dirayakan.
Masa Aspiran/Postulan: Tanda jelas dari panggilan Allah menjadi nyata ketika seorang calon diterima masuk dalam kongregasi. Panggilan Allah menjadi semakin jelas ketika setelah satu tahun masa aspiran, satu tahun masa postulant, periode dimana aspiran /postulan dan kongregasi akan membuat pengamatan akan kelayakan untuk hidup sebagai seorang suster SSpSAP dia secara resmi diterima kedalam komunitas dalam sebuah upacara yang disebut upacara inisiasi.
Masa Novisiat: Seorang novis akan tekun belajar dan berdoa, bagaimana mengikuti Kristus model kita dalam suatu kehidupan berdasarkan injil dan spiritualitas kongregasi. Periode untuk persiapan penyerahan total kepada Allah berlangsung selama 2 tahun, dimana dua belas bulan pertama haruslah menjadi persiapan tanpa putus. Apabila masa novisiat sudah selesai, novis kalau sudah dinyatakan layak, akan diterima untuk berkaul. Kalau pada saat akhir masa novisiat itu masih ada keraguan baik dari novis itu sendiri maupun dari para pimpinan maka novisiat akan diperpanjang dengan ijin dari pemimpin jenderal, namun tidak boleh lebih dari 6 bulan.
Masa Yuniorat: Dalam upacara pengikraran kaul pertama Suster akan dikenakan pakaian resmi kongregasi yang berwarna merah muda, kerudung putih, Salib sebagai tanda pertunangannya dengan Kristus yang tersalib dan buku konstitusi. Baginya dia berikrar untuk hidup bakti. Dia juga akan mendapat nama baru dengan nama “Maria” ditempatkan sebelum atau sesudah nama Kristen (santo/santa) sesuai dengan pilihannya. Tahun kaul sementara bertujuan untuk mengembangkan lebih jauh dan menguji kesanggupan untuk hidup menurut nasehat-nasehat injil, melakukan berbagai kewajiban kerasulan missioner kontemplatif dan mendapatkan penyempurnaan pribadi dari panggilan kita. Masa Yuniorat berlangsung selama lima sampai enam tahun.
Masa Probasi: Tanda panggilan definitif dari Allah adalah penerimaan untuk pengikraran kaul kekal yang dimulai dengan suatu periode persiapan yang intensif selama enam bulan demi suatu penyerahan diri dengan segenap hati kepada Kristus.
Formasi Berkelanjutan: Sepanjang hidup kita harus berjuang secara sungguh-sungguh untuk menyempurnakan perkembangan rohani, doctrinal serta praktis. Karena itu kita harus dengan gembira mengambil manfaat dari segala sesuatu yang diberikan kepada kita demi pertumbuhan kita dan kita menjadikan semuanya milik kita.
Tugas utama para Suster SSpSAP adalah melaksanakan kerasulan kontemplatif - missioner didalam klausura, adorasi abadi di depan Sakramen Mahakudus, menderaskan Ibadat Harian dalam koor, doa dan korban bagi para Imam dan doa permohonan bagi Gereja dan kebutuhan kebutuhan semua orang khususnya seluruh anggota ketiga kongregasi yang didirikan oleh Sto. Arnoldus Yansen terutama para pemimpin tertinggi SVD, SSpS dan SSpSAP.
Kami melihat kewajiban kami untuk memuliakan Allah Tritunggal dalam misteriNya dan karya keselamatan sebagai sesuatu yang sangat berkaitan erat dengan pelayanan kami yang istimewa kepada segenap umat manusia, yang kami hadirkan di hadapan ALLAH. Kami sadar akan panggilan istimewa untuk mengambil bagian secara efektif dalam karya missioner Gereja, didalamnya kami bekerjasama melalui DOA dan KORBAN. Semakin dekat persatuan kami dengan Allah Tritunggal dalam kontemplatif penuh cinta, semakin kami ditarik kedalam cinta Allah yang dinamis kepada semua orang. Gereja mengakui kami, para misionaris-kontemplatif bahwa dimanapun kami berada, doa kami mendukung kegiatan missioner Gereja (Bdk. VS III). Bagaimanapun juga, kami berusaha untuk berada pada sebanyak mungkin wilayah, secara terutama pada wilayah-wilayah dimana Gereja belum hadir sepenuhnya, dengan demikian oleh pelayanan kesaksian dan teladan yang kami berikan disana dalam kehidupan kontemplatif dan penyerahan diri secara total, kami boleh membantu secara efektif pembangunan dan pengembangan Gereja.
Kehidupan kontemplatif kami di dalam biara tidak punya makna jika kami tidak mengindahkan penderitaan dan kematian Tuhan Yesus Kristus. Hal ini berarti menyangkal diri sendiri dan mati terhadap diri sendiri. Tak ada ruang tersisa untuk mencari diri sendiri. Allah harus menjadi titik referensi dalam seluruh detail kehidupan kami. Segala kesulitan dimaksudkan untuk menghasilkan yang terbaik didalam diri kami, mengangkat kami melampaui diri sendiri, melampaui semua kemampuan kodrati kami. Persatuan kami, kesetiaan, perjuangan dan ketekunan yang setia di dalam biara memberikan kesaksian tentang kekuasaan Kristus dan kekuatan RohNya yang sedang berkarya di dalam Gereja. Selain itu, melalui kehidupan kami yang selalu siap untuk silih, bekerja dan interupsi istirahat malam untuk menjaga adorasi abadi, kami mengambil bagian secara mendalam dengan penderitaan semua manusia. Berpuasa merupakan solidaritas kami dengan semua orang yang lapar diseluruh dunia. Bentuk silih lain yang dipilih secara bebas adalah bijak dan moderat, disesuaikan dengan pekerjaan dan kondisi pribadi seseorang.
Solidaritas kami dengan seluruh Gereja dan kegiatannya terungkap dengan jelas dalam mendaraskan Ibadat Harian bersama. Ini adalah doa utama, dimana Kristus sendiri, bersama dengan TubuhNya, yakni Gereja, mengarahkannya kepada Bapa. Apabila kami yang ditugaskan oleh Gereja membawakan dengan selayaknya nyanyian pujian yang agung ini, maka doa kami benar-benar merupakan suara mempelai yang ditujukan kepada pengantinnya. Karena itu kami memenuhi tugas Gereja dan mengambil bagian dalam kehormatan yang paling tinggi sebagai mempelai Kristus. Sebab dengan mempersembahkan puji-pujian kepada Allah, kita berdiri di hadapan tahta Allah atas nama Gereja ibu kita (bdk.SC. 84, 85). Dalam perayaan Ibadat Harian kami memaklumkan perbuatan Allah yang menyelamatkan.
Sto. Arnoldus Janssen mempunyai hati yang berjiwa missionaris. Bagi dia, doa merupakan yang terutama dan terpenting bagi karya misi. Ini dia wujudkan dalam mendirikan Kongregasi Kontemplatif “Suster Suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi, SSpSAP” dengan Ibu Maria Michaele sebagai rekan pendiri pada tanggal 8 Desember 1896.
Tugas para suster SSpSAP adalah: beradorasi dengan tidak putus-putus pada Sakramen Mahakudus; berdoa sepanjang hari, siang dan malam bagi Gereja dan terutama bagi para misionaris dan karya meraka di seluruh penjuru dunia.